Sabtu, 04 April 2015

Malam dan Hujan

Malam dan hujan adalah 2 hal yg tidak dapat terpisahkan oleh kata rindu, apalagi jika keduanya menjadi satu, ketika malam tiba dan saat itu juga hujan turun. Aku rindu kamu, tapi aku hanya bisa berbaring diatas kasur sambil menatap langit-langit kamar, mengecek handphone seakan ada pesan masuk dari mu, ternyata tidak ada. Aku pun berpindah posisi tidur, dagu diatas bantal sambil menggeser-menggeser menu di handphone ku, kembali, lalu aku kunci. Terus berulang dan terus begitu.


Aku bukan pria yg pemberani untuk mengungkapkan apa yg aku rasakan, dan kadang disitu aku merasa bersalah. Hanya mempunyai perasaan tapi tak punya keberanian. Ada saatnya aku memberanikan diri, mengetik pesan "hay" saja terasa sulit untuk mengirimnya, kadang ketika sudah diketik aku malah kembali menghapusnya, lalu kembali ke menu awal.

Di malam itu aku berpikir apakah kamu juga merasakan apa yg aku rasakan, apakah kamu juga menunggu pesan dari ku? Sepertinya tidak. Beberapa foto kamu bisa membuat rasa rindu ini terbalaskan, walaupun tidak seberapa. Akhirnya aku pun melihat fotomu, zoom ke wajahmu dan melihat senyum mu. Kamu cantik :)

Aku pria yg lebih sering dicintai dan akhirnya aku mencoba mencintai dia yg mencintaiku, aku bukan pria yg mencintai seseorang lalu bisa mendapatkannya, itulah diriku... hanya bisa memendam hingga akhirnya menyesal. Entah apakah ini memang sifat ku atau memang kebanyakan pria seperti ku. Aku grogi dan takut diabaikan atau ditolak ketika menyatakan cinta walaupun di kehidupan sehari-hari aku pria yg suka berbicara kepada siapapun, tapi gak pernah bisa bicara ke dia, bisa sih...  tapi cuma sekedarnya.

Kapan ya aku bisa mencintai seseorang yg memang aku cintai lebih dulu dan bisa mendapatkan hatinya? Lebih sering di dahului orang lain atau teman-teman ku, huuh yasudahlah :) aku pun berpikir ternyata lebih baik dicintai daripada mencintai, aku yg lebih sering sakit hati dan merasakan bodohnya mencintai karena yg dicintai tidak tau apa-apa. Ketika aku dicintai aku bisa menerima dia dan mencoba mencintai dia tanpa tersakiti, karena dia memang sudah cinta padaku. Walaupun ujung-ujungnya aku yg memberanikan diri mengungkapkan cinta, entah kenapa selalu pria yg lebih dulu mengungkapkan cinta, kenapa tidak wanita lebih dulu? Gengsi? Lalu apa fungsinya kesetaraan gender selama ini?

Dia yg ku rindukan adalah dia yg aku cintai tapi tak pernah sedikit pun aku bilang "aku suka sama kamu" dia adalah masa lalu yg aku rindu dan berkat dia aku sadar yg namanya perasaan harus berani dikatakan, bukan untuk terus dipendam. Seperti saat ini yg aku rasakan :) hujan... terimakasih telah membawa pikiranku sejenak untuk mengenang dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar